Ditulis
oleh: Pdm. Inggrid Tan, SE, M.Pdk
Pergumulan di Getsemani adalah sebuah pergumulan
yang sangat berat bagi Yesus. Pergumulan saat-saat terakhir menghadapi salib.
Pergumulan untuk menanggung dosa dunia ini, Dia harus bergumul untuk kesalahan
dan dosa umat manusia yang telah mengkhianati Allah.
1.
Doa Membuat Kita Mendapat Kekuatan
“Hati-Ku
sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah
dengan Aku.”
Dalam
perjalanan iman kita sebagai orang Kristen, seringkali diperhadapkan pada
situasi yang sangat sulit, sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Dalam keadaan
ini kebanyakan orang berusaha menghindar dan lari dari kenyataan.
Saat
Yesus berdoa di Taman Getsemani, Yesus tidak lari dari kenyataan, namun Yesus
berdoa untuk mendapat kekuatan untuk dapat melaluinya. Pelajaran berharga yang
dapat kita ambil adalah bahwa ketika kita berdoa, kita siap untuk menghadapi
kenyataan yang terjadi atas kita. Dengan kata lain, Tuhan pun sedang
mempersiapkan kita untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di
depan kita. Ketika Yesus berada dalam pergumulan berat, Dia berdoa kepada Bapa
di Surga. Ada orang yang berpendapat bahwa kekuatan dan kemenangan Yesus
menghadapi penderitaan berwal dari doanya di Getsemani.
Pergumulan
Yesus di Getsemani bukanlah pergumulan yang mudah, melainkan pergumulan yang
sangat berat. “Ia sangat ketakutan dan
makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluhnya menjadi seperti titik-titik darah
yang bertetesan ke tanah (Lukas 22:44)”.
Tentang
peluh seperti titik-titik darah ini, menurut Dr. Frederick Zugibe (Kepala
Penguji Medis dari Rockland Country, New York) kondisi ini istilah klinisnya
adalah “hematohidrosis.” Kondisi ini
adalah peristiwa keluarnya darah melalui kelenjar keringat seseorang yang
disebabkan oleh kondisi stres yang sedemikian besar dan “rasa takut yang akut
dan pergumulan mental dan emosional yang mendalam.”
2.
Doa Tidak Memaksakan Kehendak Kepada
Bapa
Yesus
sering mengajarkan bahwa doa Bapa bukanlah doa yang memaksakan kehendak. Banyak
orang terjebak dan berkata: kita harus menekan Allah dengan iman yang kita
punya, agar Dia mendengar kita.
Alkitab
tidak pernah mengajarkan bahwa Allah memiliki kewajiban untuk menjawab dengan
cara yang kit inginkan atau hanya karena banyak orang yang berdoa. Ketika Anak
Allah, Yesus Kristus Tuhan menderita di Getsemani, Dia mengajukan permohonan
dengan penyerahan yang rendah hati kepada Bapa-Nya dan berkata: “...jadilah
kehendak-Mu” (Matius 26:42).
Prinsip
doa di Getsemani itu harus mendominasi doa-doa kita. Kehendak Bapa selalu
mengandung kasih dan hikmat yang tidak terbatas. Oleh karena itu, daripada
memaksa Allah karena mengira bahwa Dia wajib menjawab doa yang kita kehendaki,
seharusnya kita sebagai anak-anak yang percaya kepada-Nya dengan senang hati
menyerahkan semua keinginan kita kepada-Nya. Apapun yang Dia anugerahkan akan
terbukti menjadi berkat terbaik dalam hidup kita.
3.
Doa Membuat Kita dalam Keadaan
Berjaga-jaga
Matius
26:41, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam
pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
Tuhan
Yesus menasihati para murid-Nya untuk senantiasa berjaga-jaga dan waspada
karena sifat kedagingan manusia adalah lemah, mudah diperdaya:
a. Berjaga-jaga
secara rohani melalui doa. Membuat kita menjadi peka terhadap godaan yang
mencoba menyeret kita. Doa membuat kita “tidak akan pernah menyerah” kepada
kuasa kejahatan yang sedang bekerja di zaman ini.
b. Prioritas
Penggunaan Waktu
Yang paling berharga yang Allah telah
berikan yaitu: Waktu. Hentikan membuang-buang waktu untuk melakukan hal-hal
dimana Allah tidak memanggilmu untuk melakukannya. Luangkan waktumu dengan
Tuhan. Berikan kepada-Nya yang pertama dan terbaik dari waktumu setiap hari.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah menulis komentar yang positif.