Kesaksian dari Eunike Debora Setiadarma-Jakarta Barat|
Pada tahun 2013 akhir,
saya dan keluarga diajak untuk melihat performance teman saya di mall. Lalu
mama saya melihat kursus vokal yang mengadakannya, sehingga murid-murid kursus
tersebut mendapatkan kesempatan untuk perform di berbagai mall.
Mama berpikir bahwa ini
bisa menjadi kesempatan yang sangat baik untuk saya bernyanyi dan memuliakan
nama Tuhan di panggung umum sehingga mama menganjurkan saya untuk mendaftar di
kursus vokal tersebut. Awalnya saya tidak tertarik, tetapi saya belajar untuk
tetap nurut. Setiap saya performance di mall, saya menyanyikan lagu rohani.
Pada akhir tahun 2014,
baru satu tahun saya les vokal, diadakan audisi untuk mengirim anak-anak
Indonesia mewakili Indonesia di perlombaan seni ajang internasional. Karena itu
baru tahun pertama Indonesia ikut, audisi hanya diadakan untuk antar cabang
kursus vokal tersebut saja.
Awalnya saya lihat, dan
saya tidak tertarik, karena saya pikir tidak mungkin lolos, melihat lawan-lawan
audisinya saja sudah sangat berpengalaman dalam dunia vokal. Akan tetapi ketika
mama melihat, mama menganjurkan saya untuk ikut.
Saya nurut dengan mama,
dan dengan persiapan yang sangat singkat yaitu 3 hari, saya mengikuti audisi,
iseng-iseng saja. Saya tidak terlalu memikirkannya, ternyata saya diumumkan
lolos audisi. Lalu disaring kembali dan akhirnya saya lolos menjadi perwakilan
Indonesia yang akan dikirim ke Amerika pada bulan Juli 2015.
Ternyata kalau sudah
lolos sebagai vokalis, saya bisa mengikuti kategori yang lainnya. Jadi mama
menganjurkan saya untuk mencoba kategori yang lainnya. Saya mengiikut kategori
dalam bidang piano, iseng-iseng saja. Mama juga berkata kalau saya tidak usah
memikirkan menang ataupun kalah. Hanya dua tujuan saya, memuji Tuhan dihadapan
produser Hollywood, dan melayani
teman-teman. Jadi saya disana, menyanyikan dua buah lagu rohani.
Dalam persiapan yang
sangat singkat yaitu enam bukan, saya fokus lebih ke vokal, karena directornya
berkata kalau vokal lebih utama. Dan memang, saya mengikuti lomba piano hanya
iseng-iseng saja.
Ketika saya sudah tiba
di Long Beach, California untuk berlomba, pagi-pagi sebelum perlombaan mama
mengingatkan sekali lagi, "Kamu kesini tidak usah mikirin menang atau
kalah. Hanya memuji Tuhan dan melayani teman-teman."
Jadi setelah saya
berlomba, saya tidak memikirkan sama sekali, hanya membantu dan memberi support
untuk teman-teman saya. Tanpa disangka, saya diumumkan bahwa saya masuk ke
babak selanjutnya, anehnya, dalam bidang instrumen. Padahal, performance piano
saya di babak pertama kurang menarik karena tangan saya kaku kedinginan, dan
tidak bisa latihan piano. Sudah hari ke 5 tanpa latihan piano. Saya tidak
bangga, hanya berterimakasih kepada Tuhan. Saya kaget dan cepat-cepat bersiap
untuk lomba piano kembali di babak semifinal.
Pada malam itu juga,
saya diumumkan kembali sebagai satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang
masuk ke babak final. Pada pagi hari babak final tersebut, jempol saya terkena
staples. Saya tidak kuatir, saya iseng mengirim ke papa mama, ternyata mereka
mendoakan saya. Saya tidak terpikir kalau nanti main akan sakit. Lalu saya
berlomba dan saya copotin hansaplastnya. Puji Tuhan tidak sakit dan saya bisa
memainkan dengan baik. Setelah selesai main, jempol saya kembali sakit.
Malam itu juga, tanpa
saya sangka, nama saya dipanggil sebagai pemenang Grand Champion
Instrumentalist of the World 2015. Semua kemuliaan hanya untuk Tuhan dan semua
dalam rencana Tuhan. Setelah saya memenangkan predikat tersebut, Tuhan
membukakan pintu untuk saya dan kakak-kakak saya untuk melayani dan
menginspirasi anak-anak muda yang lainnya untuk ikut melayani Tuhan. Dari sini
saya belajar, ketaatan kepada orang tua itu sangat penting. Kalau saya tidak
nurut pada mama tahun 2013 mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi.
Semua yang kita dapat
itu hanyalah karena anugerah Tuhan saja yang beserta dengan kita sehingga kita
dapat mencapai hidup penuh dengan keberhasilan. Ingatlah kemampuan kita
terbatas namun Tuhan yang kita sembah tidak terbatas oleh apapun juga. Jadi
kita tidak dapat mengandalkan kekuatan diri sendiri dan menyombongkan diri.
Ketika kita dapat
melayani Tuhan, ini merupakan sebuah anugerah tersendiri. Suatu kebanggaan
ketika kita dapat melayani Tuhan sebab Dia adalah Raja segala Raja. Jadi saat
kita dapat melayaniNya kita harus mengerjakannya dengan penuh kesungguhan hati.
Tuhan tidak akan menahan anugerahNya pada saat kita meminta kepadaNya. Oleh
karenanya, mintalah selalu akan anugerah Tuhan. Percayalah bahwa kasih
anugerahNya akan selalu baru tercurah atas kita yang senantiasa berharap
kepadaNya. Tuhan Yesus memberkati.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah menulis komentar yang positif.