Ade, papa mana?
Terdengar suara lirih seorang abang yang aku sayang, abang yang mengisi
hari-hari ku dengan segala keceriaan di masa kecil, ketika aku harus kehilangan
mama saat aku berusia 9 tahun. Seorang abang yang terkenal keren, berkulit
putih, berambut gondrong yang diikat rapi, dengan tinggi 188 cm, berat badan
yang ideal, abanglah yang membuat aku disukai banyak wanita cantik yang selalu
memberikan aku banyak cokelat dan boneka, untuk menarik perhatian abangku
dengan mendekatiku sebagai adik kesayangannya. Abang selalu memasak cap-cay walau rasanya tidak enak, karena
dia tahu bahwa aku suka cap-cay
masakkan mama. Abang yang menggendongku ketika aku menangis keras karena anak
anjing peliharanku mati, sampai aku tertidur pulas di pangkuannya. Abang yang
rela menabung demi mengganti anak anjingku tersebut.
Tetapi kenyataan yang
sekarang adalah abang yang aku sayang berbaring lemah, dengan rambutnya yang
rontok, kulitnya yang kusam, warna mata yang pucat dan badan yang kurus sampai
terlihat jelas seluruh tulang tubuhnya. Putaw, shabu-shabu itulah jenis obat
terlarang yang membuat abangku tersayang terbaring lemah. Sekarang ini, setiap
5 menit dia memuntahkan gumpalan darah segar.
Mujizat!!! Itulah yang
aku rasakan ketika aky tahu rasakan ketika aku tahu abangku yang sudah tiga
minggu dalam keadaan koma di rumah sakit, tiba-tiba sadar setelah 27 jam aku
tak tidur. Yahh, lucu sekali memang. Padahal waktu hanya terhitung sampai 24
jam, tetapi aku tidak pernah berhenti berdoa ketika aku tahu abangku menderita,
aku mulai menghitung jam dan pada jam yang ke-27 ia sadar.
Aku langsung bilang ke
dia, “Papa ada di luar.”
Itulah kebohonganku
karena sebenarnya papa juga sedang terbaring di rumah sakit karena menderita
kanker paru-paru stadium 4.
“Lalu, ade Wati dan Herman
mana?”
“Di luar juga, Bang.”
Jawabku sembari terus menahan air mataku. Sudah tak tertahankan air mataku,
saat itu aku menangis. Kesedihanku bertambah karena semua keluargaku berada di
Sumatera Utara.
Kemudian, hal yang
membuat aku kaget adalah abang bertanya ke aku, “Mama mana dek?”
Aku mulai tau bahwa
abangku lupa ingatan, narkoba membuat banyak syaraf otak yang terhubung satu
dengan yang lain putus. Jelas bahwa sudah belasan tahun kami kehilangan mama,
dan papa kami tidak pernah menikah lagi.
Aku tidak bisa
menjawabnya lagi, lalu aku berkata: “Bang, ade sayang abang!”
Aku melihat air matanya
mengalir dan berkata: “ Ade, abang minta maaf sama semuanya, abang yang salah!”
Kemudian dia mengajak
aku bernyanyi. Aku masih ingat lagu kami di tengah kesusahan itu, “Ku mau cinta
Yesus selamanya” Bukan hanya ngajak nyanyi tapi abang juga mengajak berdoa,
berdoa supaya Tuhan mengampuni dan mengasihi abangku, berdoa meneguhkan abangku
untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya.
Muntahan darah pekat
keluar dari mulutnya, hnaya 15 menit waktuku bersamanya, setelah itu dia
kembali koma. Imanku mulai goyah, iman yang membutaku kuat bahwa abangku bisa
sembuh, iman yang membuatku mampu sendirian untuk merawat abangku di Jakarta.
Karena tak satu pun kerabat, bahkan istrinya tidak mau merawatnya. Iman juga
membuatku percaya bahwa Tuhan Yesus tetap bersamaku. Tetapi ketika aku melihat
abangku mengeluarkan banya darah. Itulah yang membuatku stress, takut, marah, kecewa dan lain sebagainya, semuanya bercampur
aduk di dalam hatiku. Aku terkadang berteriak “Where are you, Jesus?” Bukan hanya terkadang, mungkin sudah
ratusan kali aku berteriak seperti itu. Aku mulai letih dan dokter memutuskan
untuk mengeluarkan aku dari ruangan.
Aku duduk di depan
pintu ruangan tempat abangku dirawat. Saat itu, aku diselimuti rasa sepi,
hening dan kelam. Aku hampa, pikiranku kosong, hatiku sakit, bahkan sakit
sekali sampai membuat tubuhku gemetar. Semua itu kurasakan sendiri, tidak ada
keluarga, semua orang yang aku sayang telah pergi. Padahal, aku pingin sekali
merasakan kebahagiaan dalam keluarga.
Aku mulai tertidur di
lantai rumah sakit, di dalam mimpi aku mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus,
Dia bertanya kepadaku.
Siapa yang menemukan
abangmu ketika dia kabur dari pantai rehabilitasi? Siapa yang membawa abangmu
ke rumah sakit ketika abangmu over dosis? Siapa yang membayar dan melunasi uang
penobatan abangmu? Siapa yang memberikan hembusan nafas, dan kesadaran selama
15 menit agar abangmu bisa menerima Aku kembali? Semua ini terjadi karena Aku
menjawab doamu.
Aku tidak menjawab-Nya,
sampai aku merasakan damai sejahtera. Yah... hal yang paling berharga dari
semua cobaan ini adalah Yesus menjawab doaku, Yesus terus bersamaku, walaupun
aku tiada pernah menyadarinya. Dia di sisiku pada saat aku tidak tertidur, Dia
di sisiku pada saat hatiku sakit sekali, Dia di sisiku pada saat tidak ada satu
pun keluarga atau kerabat bersamaku. Dia
tetap di sisiku.
Abangku kabur dari
panti rehabilitasi jam 1 pagi, dia langsung menemui temannya untuk membeli
sejumlah obat, lalu dia memakai terlalu berlebihan karena dia sudah cukup
sakauw pada saat itu, lalu dia terjatuh di jalan dengan mulut berbusa karena
over dosis.
Ada seorang wanita
berbaju kemeja putih, dan celana panjang putih yang menemukannya ke rumah
sakit, bahkan aku juga terkejut ketika aku ingin membayar sejumlah obat resep
dokter di kasir, mereka bilang sudah ada yang menanggungnya. Kemudian, aku
bertanya ke salah seorang suster, dia mengaku ada seorang wanita cantik berambut
panjang yang datang dengan berpakaian kemeja putih, dan celana putih panjang.
Dia menyerahkan sejumlah uang yang banyak dan cukup membiayai keperluan
abangku. Jujur aku mulai takut dan merinding pada saat itu, tetapi aku pernah
mendengar dari seorang kakak rohaniku berkata, Tuhan juga memiliki banyak stock malaikat di surga untuk menolong
kita.
Yah, Dialah Yesus, yang
kuasa dan mujizat-Nya tetap sama, bahkan memberikan garansi hidup untuk menyelamatkan jiwa yang tersesat, sebenarnya
hal ini pernah saya bagikan kepada jemaat youth
di Ngampilan dulu, tempat saya bertumbuh bersama Yesus untuk pertama kalinya.
Saya bersyukur mempunyai ibu gembala yang baik seperti ibu Christine yang
selalu mengutkan saya, dan memeluk saya ketika saya harus kehilangan abang. Dan
itulah terakhir saya mengeluarkan air mata untuk kepergian abangku.
Saat ini saya sudah
terbiasa hidup sendiri, melangkah, terjatuh, bangun, dan berlari sendiri.
Tetapi ada satu Sahabat dan Kekasih jiwaku, Dialah Yesus yang tidak pernah
meninggalkanku, sekalipun saya masuk lembah kekelaman saya tidak pernah takut,
karena Yesus menolong saya. Rokok dan narkoba tidak ada gunanya. Rokok membuat
papa tidak dapat bekerja aktif lagi, dia menghabiskan penghasilannya untuk
mengobati kanker yang disebabkan oleh rokok. Papaku harus menjalani hidup
mengkonsumsi 5 jenis obat dan 3 jenis suntikan setiap harinya, dan sejak SMU saya
mulai bekerja untuk membantu papaku, bahkan sampai sampai kuliah saya tetap
berusaha sendiri. Walaupun banyak kejatuhan, dan penolakkan terjadi padaku,
saya tetap berjuang. Papaku pernah berkata, sampai
pada saatnya tidak ada satu pun yang percaya dengan apa yang kamu katakan dan
perbuat, percayalah Yesus selalu percaya padamu, jadi jangan mengecewaka-Nya.
Saya tetap mencintai keluarga, hanya saja saya tidak ingin ada orang-orang yang
mengalami kesedihan seperti yang saya alami. Harus bekerja memenuhi kebutuhan
diri sendiri, dan kehilangan seorang abang yang sangat saya sayangi karena
narkoba. Rokok dan narkoba hanya menghasilkan dosa dan kesengsaraan,
berhentilah untuk mencoba-coba. Dan tidak kompromi terhadap rokok dan narkoba.
“Sekalipun
ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku.” (Mazmur 27:10)
(Caro)
Sumber: freshroad
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah menulis komentar yang positif.