Senin, 14 September 2015
Abiam dan Asa (1 Raja-Raja 15:1-24)
Meski hubungan Abiam dan Asa adalah ayah dan anak, kehidupan keduanya bertolak belakang. Abiam hidup di dalam dosa, sebaliknya Asa melakukan yang benar di mata Tuhan. Asa tidak tenggelam dalam kekelaman penyembahan allah-allah lain sebagaimana ayah dan neneknya. Dia terpaut kepada Allah sebagaimana Daud nenek moyangnya. Sayangnya, ketika berperang dengan Baesa, raja Israel, Asa lebih suka mengandalkan manusia ketimbang Allah.
Selasa, 15 September 2015
Hari Tuhan (Yehezkiel 30)
Selain memiliki makna khusus yang sudah digenapi pada masa lampau, perkataan "Hari Tuhan" juga memiliki makna yang berkaitan dengan masa depan kita, yaitu hari saat Tuhan Yesus datang kembali untuk menghakimi manusia. Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus bisa menyambut hari itu dengan sukacita, tetapi betapa mengerikan hari itu bagi orang yang menolak Tuhan Yesus dan tetap hidup di dalam dosa.
Rabu, 16 September 2015
Belajar dari Sejarah (Yehezkiel 31-32)
Saat membaca kisah penghukuman Allah terhadap bangsa-bangsa yang meninggikan diri itu, kita perlu menyadari bahwa sejarah itu kita perlukan agar kita bisa belajar bersikap bijaksana. Jangan sampai kita terjebak untuk meniru kesalahan bangsa-bangsa pada masa lampau yang bersikap sombong setelah Allah mengaruniakan kekayaan atau kemenangan dalam peperangan, karena sesungguhnya kekayaan atau kemenangan itu berasal dari Allah.
Kamis, 17 September 2015
Ketika Tuhan Tampak Diam (Mazmur 28)
Didiamkan oleh orang yang kita kasihi adalah pengalaman yang sangat menyedihkan, apalagi bila kita sedang susah dan butuh ditemani. Daud mengalaminya dalam berelasi dengan Tuhan. Jika Anda merasa Tuhan diam, jangan berhenti berharap. Tetap percaya dan berseru pada-Nya. Nanti akan tiba waktunya dimana Tuhan menolong dan membawa kita pada pengalaman rohani yang lebih mendalam tentang Dia.
Jumat, 18 September 2015
Pentingnya Bertanggung Jawab (Yehezkiel 33)
Pentingnya Bertanggung Jawab (Yehezkiel 33)
Pertobatan ini tidak cukup bila hanya dilakukan sekali, tetapi perlu dilangsungkan terus-menerus setiap kali kita menyadari bahwa kita telah berbuat dosa. Kita tidak bisa beranggapan bahwa bila kita telah memupuk kebaikan, kita boleh berbuat dosa sebagai kompensasi bagi kebaikan kita. Cara mengatasi dosa adalah bertobat dengan meninggalkan dosa itu, bukan dengan melakukan kebaikan untuk menutupi dosa.
Sabtu, 19 September 2015
Tuhan Itu Baik (Mazmur 135)
Adakalanya hidup kita berlangsung mulus, namun ada saat angin siap menghancurkan apa saja. Pada saat seperti itu, masikah kita memuji kebaikan dan kasih Allah? Apakah Tuhan itu baik bagi orang-orang yang sedang dalam keadaan tanpa masalah, hidup berkelimpahan? Atau dalam keadaan kita bergumul dengan segala masalah, kita juga bisa merasakan kebaikan dan kasih-Nya? Tuhan itu baik.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah menulis komentar yang positif.