Kepahitan. Hal yang dapat membuat seseorang berubah. Beberapa di antara kita pasti pernah merasakan adanya kepahitan di dalam hati. Entah kepada orangtua, teman, bahkan kepada diri sendiri. Kepahitan yang dipendam lama pasti berdampak buruk pada kondisi hidup kita, terutama hati dan perasaan. Nah, terus apa yang harus dilakukan apabila kita sebagai anak Tuhan menyimpan kepahitan di dalam hati kita?
Ada cerita tentang kepahitan yang diibaratkan dengan kentang. Jika kita punya satu kepahitan, bawalah satu kentang kemanapun kita pergi dan jangan tinggalkan. Jika kepahitan bertambah, tambahkan juga jumlah kentang sesuai dengan jumlah kepahitan kita. Apa yang terjadi setelah sekian lama? Kentang-kentang itupun pasti akan membusuk. Demikian juga kepahitan kita, yang apabila disimpan dan dibawa kemanapun, akan membusuk di dalam hati kita.
Sebagai anak Tuhan yang mulai dewasa, pasti mengalami naik-turunnya emosi. Bahasa kerennya, labil. Emosi mudah sekali tersulut, apalagi ditambah dengan kondisi yang sedang dalam pencarian jati diri, hihihi. Dalam Pengkhotbah 7:9, tertulis “Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh”. Nah, bagi anak-anak muda yang mudah sekali terguncang hatinya, pasti sering juga dikatain baperan. Bawa perasaan sebenarnya baik, tapi lihat-lihat situasi. Misalnya, bawa perasaan ketika ada seseorang yang kesulitan dan membutuhkan bantuan, maka kita membantunya dengan ketulusan. Berbeda jika bawa perasaannya negatif, sedang diberi kritik yang bagus dan membangun demi kebaikan, malah marah dan kepahitan karena sakit hati. Ingat, dalam Pengkhotbah 7:9 sudah diingatkan bahwa amarah menetap dalam dada orang bodoh, lho!
Rupanya, kepahitan yang ada dalam diri kita bisa menghambat pembaharuan diri kita. Wah, seram juga ya, dampak kepahitan! Bisa merugikan diri sendiri. Contoh, kita menyimpan benci pada seseorang. Istilah gaulnya, kita jadi haters orang tersebut. Haters pasti akan mengawasi dan mengamati segala tingkah laku orang yang dibenci, bukan? Segala inci hidupnya akan dikomentari. Kapan haters itu mau bertumbuh, jika waktunya dihabiskan untuk mengomentari hidup orang lain? Nah, pas banget nih di Efesus 4:23, 31 juga sudah mengingatkan kita. Efesus 4:23 “supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu” dan Efesus 4:31 “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan”. Dengarkan, Tuhan sudah mengingatkan bahwa jika kita menyimpan kepahitan, sulit buat kita upgrade diri sendiri ke next level!
Kenapa kepahitan bisa berdampak seram ya? Padahal kan, masih banyak hal yang lebih serem daripada menyimpan kepahitan? Membunuh misalnya? Eits, kata siapa kepahitan gak kalah serem dari dosa lainnya? Yuk dibuka dan ditandai Ibrani 12:15. Dalam Ibrani 12:15, tertulis bahwa “Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang”. Nah, tidak ada dosa yang lebih seram kan? Semua dosa yang berakar dalam hati itu seram guys, karena efek buruknya dapat berdampak ke semua orang.
Nah, sebagai anak Tuhan yang baik hati dan tidak sombong, masih mau kah kita menyimpan kepahitan? Kepahitan bagaikan sampah, bisa busuk dan bau jika disimpan terus menerus. Yuk, kita mengampuni sesama kita, yang menimbulkan kepahitan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Walaupun mengampuni itu tidak mudah, ingatlah bahwa Tuhan pun sudah memberi kita contoh dalam hal mengampuni. Maukah kita mencontoh dan terus memikul salib kita, meneladani hidupNya? "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang." (Ibr 12:14,15)
Ditulis Oleh : Rucita W.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah menulis komentar yang positif.