Ditulis oleh:
Pdp. Niko Jalmav
Mengapa jemaat
Tuhan tidak antusias dalam memuji dan menyembah Tuhan? Kejadian ini dapat disebabkan oleh berbagai hal baik yang
berasal dari diri kita maupun dari luar diri kita Misalnya antara lain:
- Umat Tuhan saat beribadah terlalu fokus pada masalah pribadi dibanding memuji dan menyembah Tuhan.
- Worship leader, singer dan pemusik kurang persiapan.
- Pelayan Tuhan tidak memiliki waktu pribadi dengan Tuhan, dan tidak menjadi saksi yang baik dalam pelayanan.
- Disebabkan oleh budaya dan kebiasaan kita yang tidak menyukai memuji dan menyembah, dan merasa khotbah lebih penting dari pujian dan penyembahan.
- Fasilitas tidak mendukung tim musik dan pujian.
Pada
dasarnya Bapa sedang mencari seorang penyembah atau worshiper bukan penyembahan
(Yohanes 4:23). Mengapa? Karena Bapa tidak bisa menyembah dirinya sendiri
dan Bapa mau ciptaan-Nya lah yang menyembah Dia.
Pujian (praise) adalah ekspresi yang hangat dan
penuh dengan kekaguman yang digambarkan dengan bermacam-macam cara untuk
memuliakan Tuhan, antara lain sebagai berikut:
1.
Dengan
suara
a.
Singing (bernyanyi)-Mazmur
100
b.
Shouting
(bersorak-sorai)-Mazmur 47:1
c.
Speaking
(berkata-kata)-Mazmur 66:8
2.
Dengan
tangan
a.
Lifting (mengangkat
tangan)-Mazmur 63:4; 134:2
b.
Clapping (bertepuk
tangan)-Mazmur 47:1
c.
Playing musical instrument (memainkan alat-alat
musik)-Mazmur 49:7
3.
Dengan
tubuh
a.
Standing
(berdiri)-Mazmur 135:2
b.
Dancing (menari)-Mazmur
149:3
c.
Bowling/Kneeling
(sujud/berlutut)-Mazmur
95:6
Sedangkan
penyembahan (worship) adalah satu
ekspresi kasih dari seluruh keberadaan roh, jiwa dan tubuh seseorang dalam
hadirat Tuhan karena firman-Nya berkata: “Tetapi
saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar
akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:23)
Menyembah dalam
roh memilki arti menyembah dipimpin oleh Roh Kudus atau menyembah dengan bahasa
roh, syaratnya adalah penuh dengan Roh Kudus (Efesus 5:18-19; Roma 8:14-15) dan
menyembah dalam kebenaran adalah menyembah dalam keadaan benar atau kudus
(Ibrani 12:14), serta hati yang benar, suci dan tulus (Amsal 4:23; Matius 5:8).
Berikut enam hal
yang harus kita ketahui tentang pujian dan penyembahan dalam konteks Ibrani:
1.
Mengapa
bersyukur dengan mengangkat tangan?
Yadah (ucap: yaw-daw’),
kata ini mengandung pernyataan atau ungkapan terima kasih kita kepada Tuhan
melalui pujian (Mazmur 7:18a) “Aku hendak
bersyukur kepada Tuhan karena keadilan-Nya”. Aku katanya berarti
menjulurkan tangan, mengangkat tangan “Yad” (hand)=tangan
dan Hadah (stretch)=mengulurkan,
merentangkan, melebarkan. Mengangkat atau membentangkan kedua belah tangan
sebagai ungkapan terima kasih (pengagungan, penyerahan, dan ucapan syukur)
kepada Tuhan.
Todah (ucap:
to-daw’), memiliki arti bersyukur dan memuji Tuhan atas sesuatu yang sedang
Allah kerjakan dalam hidup kita. Berasal dari kata Yadah (mengangkat atau
membentangkan tangan). Lebih spesifik pujian sebagai korban syukur kepada Tuhan
(Mazmur 50:14, 23).
Zamar (ucap:
shaw-mar’) “Puji-pujian yang dinyanyikan diiringi oleh permainan alat-alat
musik”. Secara umum berarti memetik kecapi. Ini yang mendasari gereja dalam
ibadah menggunakan alat-alat musik (Mazmur 47:6-7; 57:8-9; 150:3-5).
2.
Mengapa bernyanyi dengan suara yang keras?
Shabac (ucap:
shaw-bakh’), berarti memuji, memuliakan, memegahkanTuhan dengan suara yang
keras atau nyaring dengan teriakan atau suara sorak-sorai kemenangan, karena
keagungan-Nya, kemuliaan-Nya, kekuatan-Nya, kemenangan dan ksih yang Ia berikan
(Mazmur 117:1-2)
3.
Mengapa
berlutut dan bersujud dan hening?
Barak (ucap:
baw-rakh’), berarti memuji dengan berlutut dan bersujud (bertumpuh pada lutut),
memberi hormat dan salam (Mazmur 72:11; 96:9) hal ini berbicara tentang
penhormatan dan keheningan di hadapan Bapa.
4.
Mengapa
memuji dan menyembah dengan suara yang nyaring?
Halal (ucap:
Haw-lal’), artinya memuji Tuhan dengan penuh semangat dan sukacita atau
kegembiraan yang meluap, berbangga atau bermegah, bercahaya, bernyanyi dengan
suara nyaring, bersih dan jelas. “Kemudian orang Lewi dari bani Kehat dan bani
Korah bangkit berdiri untuk menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan, Allah Israel,
dengan suara yang sangat nyaring” (2 Tawarikh 20:19)
5.
Mengapa
memuji dan menyembah dengan cinta dan bahasa Roh?
Tehillah (ucap:teh-hil-law),
yaitu pujian pengagungan, nyanyian kemuliaan, menanyi dan menyanjung. Pujian
seperti kepada seorang kekasih, pemujaan dengan cinta yang mendalam. Pujian
yang keluar secara spontan, lahir seperti kepada seorang kekasih, pemujaan
dengan cinta yang mendalam. Pujian yang keluar secara spontan, lahir dari inspirasi pewahyuan oleh Roh Kudus.
(Mazmur 22:4-7; 71:14; Yesaya 42:10). Rasul Paulus menyampaikan tentang
peraturan dalam pertemuan ibadah (1 Korintus 14:2), “Bilamana kamu berkumpul,
hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu, yang seorang bermazmur, yang
lain pengajaran, atau pernyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia
untuk menafsirkan bahasa roh...” Dalam puji-pujian, kita memerlukan iman untuk
melakukannya, sedengkan dalam “Tehilla” Ini memiliki arti Allah menanggapi iman
kita, yang berarti bahwa Allah bersemayam dan duduk di atas tahta puji-pujian
(Mazmur 22:4; 2 Tawarikh 20:22). Dikisahkan bahwa di dalam puji-pujian
“Tehilla” terjadi kemenangan besar dalam peperangan. Kemudian Mazmur 40:4 dalam
puji-pujian “Tehillah” mengakibatkan terjadi pemberitaan Injil secara
besar-besaran.
Untuk itu
jadikan pujian dan penyembahan sebagai Life
Style. Seorang worshiper harus
hidup dalam ketetapan pelayanan yaitu sebagai berikut:
a.
Yang
mendasari pelayanan adalah karakter aru
kemudian kemampuan.
b.
Sifat
dari pelayanan bukan dilayani, tetapi melayani.
c.
Motivasi
dari pelayanan bukan cinta, harta, tahta tetapi kasih.
d.
Ukuran
pelayanan bukan kesuksesan tetapi pengorbanan.
e.
Otoritas
pelayanan bukan memilih/memiliki jabatan tetapi ketaatan.
f.
Tujuan
pelayanan bukan kemuliaan diri sendiri tetapi kemuliaan Allah.
g.
Alat
pelayanan bukan fasilitas tetapi Firman
dan doa.
h.
Hasil
pelayanan adalah kualitas baru
kemudian kuantitas.
i.
Kuasa
pelayanan bukan hikmat manusia dan dunia tetapi Roh Kudus.
j.
Model
pelayanan bukan pemimpin/tokoh/pembicara tetapi Yesus Kristus.
Sumber:freshroad
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah menulis komentar yang positif.