Thursday, 3 September 2015

Apa yang Kita Lakukan Saat Pujian & Penyembahan?

Ditulis oleh: Pdp. Niko Jalmav



Mengapa jemaat Tuhan tidak antusias dalam memuji dan menyembah Tuhan? Kejadian ini  dapat disebabkan oleh berbagai hal baik yang berasal dari diri kita maupun dari luar diri kita Misalnya antara lain:
  1. Umat Tuhan saat beribadah terlalu fokus pada masalah pribadi dibanding memuji dan menyembah Tuhan.
  2. Worship leader, singer dan pemusik kurang persiapan.
  3. Pelayan Tuhan tidak memiliki waktu pribadi dengan Tuhan, dan tidak menjadi saksi yang baik dalam pelayanan.
  4. Disebabkan oleh budaya dan kebiasaan kita yang tidak menyukai memuji dan menyembah, dan merasa khotbah lebih penting dari pujian dan penyembahan.
  5. Fasilitas tidak mendukung tim musik dan pujian.

Pada dasarnya  Bapa sedang mencari seorang penyembah atau worshiper bukan penyembahan (Yohanes 4:23). Mengapa? Karena Bapa tidak bisa menyembah dirinya sendiri dan Bapa mau ciptaan-Nya lah yang menyembah Dia.

Pujian (praise) adalah ekspresi yang hangat dan penuh dengan kekaguman yang digambarkan dengan bermacam-macam cara untuk memuliakan Tuhan, antara lain sebagai berikut:

1.      Dengan suara

a.       Singing (bernyanyi)-Mazmur 100
b.      Shouting (bersorak-sorai)-Mazmur 47:1
c.       Speaking (berkata-kata)-Mazmur 66:8

2.      Dengan tangan
a.       Lifting (mengangkat tangan)-Mazmur 63:4; 134:2
b.      Clapping (bertepuk tangan)-Mazmur 47:1
c.       Playing musical instrument (memainkan alat-alat musik)-Mazmur 49:7

3.      Dengan tubuh
a.       Standing (berdiri)-Mazmur 135:2
b.      Dancing (menari)-Mazmur 149:3
c.       Bowling/Kneeling (sujud/berlutut)-Mazmur 95:6

Sedangkan penyembahan (worship) adalah satu ekspresi kasih dari seluruh keberadaan roh, jiwa dan tubuh seseorang dalam hadirat Tuhan karena firman-Nya berkata: “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:23)
Menyembah dalam roh memilki arti menyembah dipimpin oleh Roh Kudus atau menyembah dengan bahasa roh, syaratnya adalah penuh dengan Roh Kudus (Efesus 5:18-19; Roma 8:14-15) dan menyembah dalam kebenaran adalah menyembah dalam keadaan benar atau kudus (Ibrani 12:14), serta hati yang benar, suci dan tulus (Amsal 4:23; Matius 5:8).


Berikut enam hal yang harus kita ketahui tentang pujian dan penyembahan dalam konteks Ibrani:

1.      Mengapa bersyukur dengan mengangkat tangan?
Yadah (ucap: yaw-daw’), kata ini mengandung pernyataan atau ungkapan terima kasih kita kepada Tuhan melalui pujian (Mazmur 7:18a) “Aku hendak bersyukur kepada Tuhan karena keadilan-Nya”. Aku katanya berarti menjulurkan tangan, mengangkat tangan “Yad” (hand)=tangan dan Hadah (stretch)=mengulurkan, merentangkan, melebarkan. Mengangkat atau membentangkan kedua belah tangan sebagai ungkapan terima kasih (pengagungan, penyerahan, dan ucapan syukur) kepada Tuhan.
Todah (ucap: to-daw’), memiliki arti bersyukur dan memuji Tuhan atas sesuatu yang sedang Allah kerjakan dalam hidup kita. Berasal dari kata Yadah (mengangkat atau membentangkan tangan). Lebih spesifik pujian sebagai korban syukur kepada Tuhan (Mazmur 50:14, 23).
Zamar (ucap: shaw-mar’) “Puji-pujian yang dinyanyikan diiringi oleh permainan alat-alat musik”. Secara umum berarti memetik kecapi. Ini yang mendasari gereja dalam ibadah menggunakan alat-alat musik (Mazmur 47:6-7; 57:8-9; 150:3-5).

2.       Mengapa bernyanyi dengan suara yang keras?

Shabac (ucap: shaw-bakh’), berarti memuji, memuliakan, memegahkanTuhan dengan suara yang keras atau nyaring dengan teriakan atau suara sorak-sorai kemenangan, karena keagungan-Nya, kemuliaan-Nya, kekuatan-Nya, kemenangan dan ksih yang Ia berikan (Mazmur 117:1-2)

3.      Mengapa berlutut dan bersujud dan hening?

Barak (ucap: baw-rakh’), berarti memuji dengan berlutut dan bersujud (bertumpuh pada lutut), memberi hormat dan salam (Mazmur 72:11; 96:9) hal ini berbicara tentang penhormatan dan keheningan di hadapan Bapa.

4.      Mengapa memuji dan menyembah dengan suara yang nyaring?


Halal (ucap: Haw-lal’), artinya memuji Tuhan dengan penuh semangat dan sukacita atau kegembiraan yang meluap, berbangga atau bermegah, bercahaya, bernyanyi dengan suara nyaring, bersih dan jelas. “Kemudian orang Lewi dari bani Kehat dan bani Korah bangkit berdiri untuk menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan, Allah Israel, dengan suara yang sangat nyaring” (2 Tawarikh 20:19)

5.      Mengapa memuji dan menyembah dengan cinta dan bahasa Roh?

Tehillah (ucap:teh-hil-law), yaitu pujian pengagungan, nyanyian kemuliaan, menanyi dan menyanjung. Pujian seperti kepada seorang kekasih, pemujaan dengan cinta yang mendalam. Pujian yang keluar secara spontan, lahir seperti kepada seorang kekasih, pemujaan dengan cinta yang mendalam. Pujian yang keluar secara spontan, lahir  dari inspirasi pewahyuan oleh Roh Kudus. (Mazmur 22:4-7; 71:14; Yesaya 42:10). Rasul Paulus menyampaikan tentang peraturan dalam pertemuan ibadah (1 Korintus 14:2), “Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu, yang seorang bermazmur, yang lain pengajaran, atau pernyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh...” Dalam puji-pujian, kita memerlukan iman untuk melakukannya, sedengkan dalam “Tehilla” Ini memiliki arti Allah menanggapi iman kita, yang berarti bahwa Allah bersemayam dan duduk di atas tahta puji-pujian (Mazmur 22:4; 2 Tawarikh 20:22). Dikisahkan bahwa di dalam puji-pujian “Tehilla” terjadi kemenangan besar dalam peperangan. Kemudian Mazmur 40:4 dalam puji-pujian “Tehillah” mengakibatkan terjadi pemberitaan Injil secara besar-besaran.


Untuk itu jadikan pujian dan penyembahan sebagai Life Style. Seorang worshiper harus hidup dalam ketetapan pelayanan yaitu sebagai berikut:


a.       Yang mendasari pelayanan adalah karakter aru kemudian kemampuan.
b.      Sifat dari pelayanan bukan dilayani, tetapi melayani.
c.       Motivasi dari pelayanan bukan cinta, harta, tahta tetapi kasih.
d.      Ukuran pelayanan bukan kesuksesan tetapi pengorbanan.
e.       Otoritas pelayanan bukan memilih/memiliki jabatan tetapi ketaatan.
f.       Tujuan pelayanan bukan kemuliaan diri sendiri tetapi kemuliaan Allah.
g.      Alat pelayanan bukan fasilitas tetapi Firman dan doa.
h.      Hasil pelayanan adalah kualitas baru kemudian kuantitas.
i.        Kuasa pelayanan bukan hikmat manusia dan dunia tetapi Roh Kudus.

j.        Model pelayanan bukan pemimpin/tokoh/pembicara tetapi Yesus Kristus.

Sumber:freshroad

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah menulis komentar yang positif.