Shalom teman-teman yang dikasihi oleh Tuhan! Tidak terasa, kita
sudah memasuki tahun ajaran baru. Bertemu kawan-kawan lama setelah dipisahkan
oleh liburan semester, pasti rasanya asik sekali, ya! Apalagi, kita masih bisa bertemu dengan sahabat-sahabat kita, bagi yang satu sekolah
dengan sahabat dekatnya. Belajar bersama, bermain bersama, dan hal lain yang
bisa dilakukan bersama sahabat. Memiliki sahabat, ibaratkan seperti memiliki
saudara dari orang tua yang berbeda. Sahabat adalah
seseorang yang sangat memahami kita, baik buruk sifat kita, kebiasaan kita, hal
yang kita suka, hal yang tidak kita suka, sampai rahasia-rahasia yang kita
curahkan kepada sahabat. Tetapi, bagaimana jika sahabat yang sudah lama bersama
kita, menyakiti kita?
Sahabat adalah
manusia biasa, kitapun juga manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan.
Sahabat bisa dibilang adalah kekuatan sekaligus kelemahan kita. Apabila ada
sahabat yang selalu ada untuk kita, mendukung kita, maka kita akan kuat.
Sebaliknya, apabila sahabat kita menyakiti kita, mengkhianati kita, kita tentu
akan lemah karenanya. Yesus sendiri pernah merasakan sakitnya dikhianati oleh
murid-Nya, yaitu Yudas Iskariot. Pengkhianatan yang dilakukan Yudas sangat
lembut, tetapi sungguh menyakitkan, yaitu menyerahkan Yesus hanya dengan ciuman
(Luk 22: 47-48). Tuhan Yesus sangat sedih karena orang yang dikasihi-Nya,
mengkhianati-Nya.
Saya pernah
merasakan disakiti oleh sahabat saya. Saya memiliki sahabat sejak saya TK. Saat
SMA, sahabat saya memiliki masalah dengan seseorang. Saya ingin berespon benar
dengan membantu mempertemukan sahabat saya dengan orang yang bersangkutan.
Tetapi, bantuan saya malah menjerumuskan saya ke masalah baru. Saya seperti tameng yang
melindungi sahabat saya tersebut, saya penyok
demi melindungi orang di balik saya. Saya sangat mengasihi sahabat saya
tersebut, tetapi balasan sahabat saya malah memutarbalikkan fakta demi
melindungi dirinya sendiri, sehingga saya yang bersalah. Ia bisa lolos dari
masalahnya, tetapi kelolosan dia mengorbankan saya. Saya sempat marah
dengannya, tetapi kemarahan saya membuat dia menyebarkan berita yang tidak
benar tentang saya. Sakitkah saya diperlakukan seperti itu? Tentu saja. Tetapi
saya hanya bisa berdoa, memohon kepada Tuhan apa yang harus saya lakukan dalam
menghadapi sahabat saya tersebut.
Yesus mengajarkan
untuk menyerahkan pembalasan kepada-Nya saja. Ada tertulis dalam Roma 12: 19, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah
kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah,
sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut
pembalasan, firman Tuhan”. Dari ayat tersebut saya belajar bahwa saya tidak
perlu membalas perlakuan sahabat kita yang menyakiti kita, karena kita tidak
berhak untuk membalas perlakuannya. Apabila kita disakiti oleh sahabat kita,
doakanlah ia agar ia memahami kesalahannya. Karena, apabila kita membalas
perlakuan jahat dari sahabat kita, kita tidak ada bedanya dengan sahabat kita
tersebut. Kita harus tetap berlaku baik dengan sahabat kita, dan biarkan Tuhan
Yesus menentukan apa yang terjadi. Amin, Tuhan Yesus memberkati.
Ditulis oleh : Rucita W.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah menulis komentar yang positif.