Friday, 7 August 2015

The Calling

Ditulis oleh: Pdm. Inggrid Tan, SE, M.Pdk


“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. (I Petrus 2:9)

Tanggal 24 September 2014 tepatnya pukul 22.00 WIB atau pukul 18.00 waktu Israel adalah tahun baru bagi penanggalan Israel. Dari tahun 5774 (tahun Ayin Dalet) menjadi 5775 (tahun Ayin Hey). Ayin Hey sendiri berarti double sabat. Kata Sabat/Shabbat berarti : istirahat atau waktu jeda (intermission), tinggal (dwell, remain, abide), menantikan (wait upon), bertahan (endure). Artinya Tuhan mau kita berhenti dari usaha-usaha atau kekuatan manusiawi kita. Ia mau kita mengandalkan Dia 100%.
“Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (Keluaran 20:11).

1 Raja-raja 19:19 mengatakan bahwa Elisa adalah anak petani yang tidak terkenal, dan tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa kelak dia akan terpanggil menjadi ‘Hamba Tuhan’. Artinya Tuhan dapat memakai siapa saja untuk mewujudkan rencana-Nya.

1. Ambil Keputusan
“Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya”. (1 Raja-raja 19:19).
Jubah adalah lambang kehormatan, saat jubah dilemparkan maka itu tanda sebuah panggilan (calling) untuk mengikuti siempunya jubah. Tanda atau sinyal yang kita harus bisa tangkap adalah bahwa kuasa Tuhan sedang bekerja dalam hidup kita. Elisa memiliki tekad dan kerinduan untuk mengejar sesuatu yang Ilahi melebihi kepuasan materi yang Elisa dapatkan selama ini. Seseorang harus mengalami titik balik dalam hidupnya. Bagaimana titik balik itu kita dapatkan? Saat kita mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan. Perjuampaan pribadi dengan Tuhan, yang membuat kita mengalami perubahan kerohanian. Untuk kita dapat mengerti tanda adalah juga dengan memiliki respon yang benar dan hati yang mau dibentuk. Perjuampaan dengan Tuhan membuat hidup kita berubah. Elisa berani meninggalkan lembunya karena perjuampaan dengan Tuhan. Elisa tidak mau terjebak dalam keadaan atau kemapanan, yang akan merontokkan iman dan harapannya.

2. Respon yang Benar
Roh Allah sudah memberi tahu bahwa Elia akan terangkat ke Surga (2 Raja-raja 2:2-3). Ada 2 respon dalam menghadapi hal ini: rombongan para nabi berdiri dan melihat dari kejauhan (ayat 7), sedangkan Elisa terus melekat pada Elia gurunya. Saat Tuhan sedang memimpin kita menuju sebuah terobosan atau next level, seringkali kita merasa tidak siap menghadapinya, merasa puas dengan apa yang ada, terintimidasi dengan mereka yang punya pendapat berbeda dengan kita. Yang harus kita ingat adalah perubahan bukanlah suatu perubahan sampai terjadi perubahan. Artinya jika kita iongin terjadi perubahan maka kita harus berubah. Kita harus bergumul untuk mendapatkan sesuatu yang Ilahi bersama Tuhan. Tidak ada hal yang mudah atau tidak begitu saja dapat kita dapatkan. Penuh tantangan dan perjuangan yang keras, kadang buutuh air mata. Hadapi peperangan rohani, intimidasi, ketakutan, dan konflik. “Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu”. Jawab Elisa: “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu. Yang kau minta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi.” (2 Raja-raja 2:9-10). Elisa meminta semangat yang ada dalam diri Elia, semangat yang berasal dari Allah. Elisa meminta semangat, bukan sebagai hadiah atau lencana kehormatan, tetapi karena ia membutuhkannya untuk melakukan pekerjaan Tuhan.
                    
3. Bangun Manusia Roh


Roh yang menyala-nyala dibangun dari dalam untuk mempengaruhi yang ada diluar, bukan ditentukan oleh fasilitas yang ada di luar. Iman dibangun melalui firman Tuhan dan keintiman kita dengan Tuhan. Iman haruslah disertai dengan perbuatan, sebab iman tanpa perbuatan adalah mati. “Ia mengambil jubah Elia yang telah terjatuh itu, dipukulkannya ke atas air itu sambil berseru: “Dimanakah TUHAN, Allah Elia?” Ia memukul air itu, lalu terbagi ke sebelah sini dan ke sebelah sana, maka menyeberanglah Elisa. Ketika rombongan nabi yang dari Yerikho itu melihat dia dari jauh, mereka berkata: “Roh Elia telah hinggap pada Elisa.” Mereka datang menemui dia, lalu sujudlah mereka kepadanya sampai ke tanah.” (2 Raja-raja 2:14-15). Elisa bukan hanya percaya tetapi dia menunjukkan imannya dengan perbuatan sehingga banyak orang yang diberkati.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah menulis komentar yang positif.